Kasih Sayang Allah
Tersebutlah seseorang yang sangat tekun sekali menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Tiada hati, tiada jam, bahkan tiada detik yang ia lewatkan kecuali saat-saat itu dipakainya untuk mengingat dan memuji Allah. Praktis semua sisa umurnya dihabiskan untuk bertaqarub kepada Al-Khaliq.
Hingga tibalah saat kematian sang Abid tersebut. Allah pun memasukkan ia ke surga dengan rahmatNya. Melihat kenyataan tersebut sang Abid pun protes, "Ya Allah kenapa Engkau memasukkan aku ke syurga dengan rahmat-Mu, bukan dengan amal kebaikanku. Bukankan seluruh umurku aku habiskan untuk beribadah kepada-Mu".
Allah pun menjawab, "Baiklah, mari kita timbang apakah amalmu telah cukup untuk memasukanmu ke syurga? Ternyata, setelah ditimbang, amal sang Abid tersebut tidak cukup untuk menebus nikmatnya syurga. Bahkan untuk menebus nikmatnya sebuah matapun masih belum cukup. Bagaimana dengan kita?
Tentu kita tidak bisa disamakan dengan sang Abid dalam kisah di atas. Mungkin prilaku kita sangat berbeda jauh dengannya. Bagi kita tiada hari tanpa dosa dan maksiat. Bila melihat kenyataan ini sangat tidak mungkin amalan kita yang teramat sedikit akan memasukkan kita ke syurga.
Maka sangat tidak layak bagi kita untuk membanggakan diri karena ibadah atau kebaikan yang pernah dilakukan. Apalagi mengklaim diri sebagai pewaris syurga, hingga meremehkan orang lain. Semua kebaikan dan kenikmatan yang kita dapatkan hakikatnya adalah curahan rahmat dan kasih sayang Allah semata.
Rahmat dan kasih sayang Allah terbentang amat luasnya bagi hamba-hamba yang mau mendekatinya. Kenyataan ini tergambar jelas dalam Alquran :
"Dan dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, maka tidaklah dapat kamu menghitungnya" (QS. Ibrahim: 43)
Dalam ayat lain disebutkan pula bagaimana luasnya rahmat Allah tersebut :
Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sesungguhnya habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula. (QS. Al-Kahfi: 109).
Rasulullah SAW menjelaskan pula bahwa rahmat dan kasih sayang Allah terbagi ke dalam seratus bagian. Yang satu Ia sebarkan di dunia, dan sisanya Ia simpan di akhirat kelak. Dari yang satu inilah semua kebaikan di dunia terjadi, hingga seekor induk kuda menjauhkan kakinya dari sang anak karena takut menginjaknya.
Sahabat, sangat tidak layak apabila kita mencari kasih sayang manusia dengan menggadaikan kasih sayang Allah yang tiada bertepi. Sikap terbaik kita dalam memandang semua nikmat tersebut adalah dengan cara bersyukur; berterima kasih kepada Allah atas semua nikmat yang telah diberikan kepada kita.
Secara umum syukur selalu berkisar dalam tiga hal. Jika tidak terkumpul secara bersama-sama, maka tidaklah bisa disebut syukur. Ketiganya adalah mengakui nikmat dalam batin, mengucapkan dengan lisan, dan menggunakannya sebagai sarana untuk taat kepada Allah SWT.
Dengan kata lain, syukur berkaitan erat dengan hati, lisan dan anggota badan. Hati untuk mengenal (ma'rifah) dan mencintai (mahabbah) Allah SWT. Lisan untuk memuja dan memuji Allah SWT. Sedangkan anggota badan melaksanakan semua yang ada dalam hati dan lisan tersebut dalam bentuk amal praktis.
Tema : Manajemen Diri.
0 komentar:
Posting Komentar