Kasih Sayang dalam Keluarga
Fakta-fakta yang ada dalam beberapa waktu terakhir ini menunjukkan cukup banyaknya peristiwa kriminalitas yang terjadi di lingkungan keluarga. Pelaku dan korbannya adalah anggota keluarga yang hidup dalam satu rumah, atau setidaknya masih ada hubungan keluarga. Secara umum kemunculan setiap kasus lebih banyak dipengaruhi faktor krisis: ekonomi, tingkat pendidikan, moral, dan sejenisnya.
Betapapun, fakta ini menunjukkan bahwa kasih sayang, cinta, kehangatan, telah hilang dari lingkungan keluarga, dan diganti oleh kecenderungan-kecenderungan syaithaniyah yang bersandarkan hawa nafsu duniawi yang sesaat dan semu. Rasulullah SAW mengajarkan, dalam keadaan apa pun, cinta dan kasih sayang mesti selalu ditumbuhkan di dalam lingkungan keluarga. Kondisi krisis tidak bisa menjadi alasan bagi luluhnya nuansa cinta, kasih sayang, dan kehangatan di tengah-tengah keluarga. Siti Aisyah mengisahkan, ''Suatu kali seorang perempuan miskin mendatangiku dan ia membawa dua anak perempuannya yang masih kecil.
Aku memberinya tiga buah kurma. Ia memberikan dua butir kepada dua anaknya. Niatnya, ia akan memakan sisanya. Tetapi, kedua anaknya berebut sisa kurma yang masih di tangannya, sehingga kurma itu jatuh. Perempuan itu, akhirnya, tidak makan sebutir pun. Aku melaporkan kejadian ini kepada Rasulullah, dan beliau bersabda, 'Barangsiapa yang mendapat cobaan dan menderita karena mengurus anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya akan menjadi penghalang baginya dari jilatan api neraka'.'' (HR Bukhari, Muslim, dan Turmudzi).
Hadis di atas menegaskan bahwa dalam kondisi krisis seperti apa pun, rasa kasih sayang pada anak, tanggung jawab untuk melindungi anak, dan seterusnya, tetap merupakan kewajiban, dan Allah akan memberi anugerah yang besar kepada mereka yang bisa mewujudkan ajaran ini dengan penuh rasa pengabdian dan ikhlas. Tentu saja, demikian pula sebaliknya, anak juga harus tetap menunjukkan rasa baktinya, kasih sayangnya, kepada orang tua mereka, sebagai wujud rasa syukur kita kepada mereka yang telah dengan susah payah (terutama ibu) mengasuh kita sewaktu kecil.
Jasa orang tua sangatlah besar bagi kehidupan kita, sampai-sampai Umar bin Khattab berkata, ''Kamu tidak akan pernah bisa membalas jasa orang tuamu, meskipun keduanya menjadi budak dan kamu membebaskannya.'' Tidak hanya antara anak dan orang tua, atau sebaliknya, tetapi rasa kasih sayang harus ditumbuhkan antarsaudara, dari yang paling dekat, yang dekat, kemudian yang jauh, dan seterusnya. Begitulah yang diajarkan Islam.
Peradaban suatu bangsa tumbuh dari lingkup terkecil dalam tatanan sosialnya: keluarga. Kondisi harmoni dan penuh cinta yang meliputi suatu keluarga akan berpengaruh bagi kondisi sekitarnya, yakni masyarakat yang lebih luas: bangsa. Kondisi bangsa akan senantiasa nyaman dan damai, jika kita ikut berperan mengelola dan menjaganya, mulai dari lingkup yang paling kecil, yaitu keluarga. Wallahu a'lam. (Sabrur R Soenardi)
sumber : republika
0 komentar:
Posting Komentar