Aturan main dalam bertetangga
Islam selalu menjaga hubungan baik dengan sesama tetangga. Bertetangga dengan baik itu, termasuk menyebarkan salam ketika bertemu, menyapa, menanyakan kabarnya, menebar senyum, dan mengirimkan hadiah. Sabda Rasulullah SAW, ''Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak sayur maka perbanyaklah airnya dan bagikanlah kepada tetanggamu.'' (HR Muslim).
Lihatlah, betapa ringan ajaran Rasulullah, namun dampaknya sangat luar biasa bagi kerukunan dan keharmonisan kita dalam bermasyarakat. Untuk memberi hadiah tidak harus berupa bingkisan mahal, tapi cukup memberi sayur yang sehari-hari kita masak.
Untuk menjaga hubungan baik dengan tetangga, Rasulullah juga memerintahkan untuk saling menenggang perasaan masing-masing. ''Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,'' kata Rasulullah, ''maka hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya.'' (HR Bukhari).
Suatu kali, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang seorang wanita yang dikenal rajin melaksanakan shalat, puasa, dan zakat, tapi ia juga sering menyakiti tetangganya dengan lisannya. Rasulullah menegaskan, ''Pantasnya dia di dalam api neraka!''
Kemudian, sahabat itu bertanya lagi mengenai seorang wanita lain yang dikenal sedikit melaksanakan shalat dan puasa, namun sering berinfak dan tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya. Jawab Rasulullah, ''Ia pantas masuk surga!'' (HR Ahmad).
Seorang wanita bersusah payah melaksanakan shalat wajib, bangun malam, menahan haus dan lapar, serta mengorbankan harta untuk berinfak, namun menjadi mubazir lantaran buruk dalam bertutur sapa dengan tetangganya. Rasulullah bersumpah terhadap orang yang berperilaku demikian, tiga kali, dengan sumpahnya, ''Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman
...!''
Sahabat bertanya, ''Siapa, ya Rasulullah?'' Beliau menjawab, ''Orang yang tetangganya tidak pernah merasa aman dari keburukan perilakunya.'' (HR Bukhari).
Suatu kali, Aisyah pernah bingung mengenai siapa di antara tentangganya yang harus diutamakan. Lalu, ia bertanya kepada Rasulullah, ''Ya Rasulullah, saya mempunyai dua orang tetangga, kepada siapakah aku harus memberikan hadiah?'' Beliau bersabda, ''Kepada yang paling dekat rumahnya.'' (HR Bukhari).
Rasulullah menjadikan akhlak kepada tetangga sebagai acuan penilaian kebaikan seseorang. Kata beliau, ''Sebaik-baik kawan di sisi Allah adalah yang paling baik (budi pekertinya) terhadap kawannya, sebaik-baik tetangga adalah yang paling baik kepada tetangganya.'' (HR Tirmidzi).
Pesatnya industrialisasi dan globalisasi yang tidak diiringi dengan peningkatan pembinaan jiwa ternyata membawa dampak buruk pada tatanan kehidupan bermasyarakat di negeri ini.
Hedonisme, keglamoran, egoisme, dan individualisme, saat ini amat mudah ditemui di tengah masyarakat kita. Sementara itu, keguyuban, kerukunan, ke-tepa selira-an, pertolong-menolongan, dan kegotongroyongan, mulai terkikis dan memudar sedikit demi sedikit. Akibatnya, masyarakat--khususnya di perkotaan--menjadi sangat tidak peduli dengan anggota masyarakat lainnya.
Ketika diundang dalam pertemuan rukun tetangga (RT), dengan banyak alasan mereka tidak menghadirinya, atau cukup membayar sejumlah uang sebagai ganti giliran meronda kampung. Maka jangan heran bila kemudian penghuni suatu rumah tidak mengenal tetangganya karena tidak ada komunikasi, keakraban, dan kepedulian antarmereka.
Tetangga, karena begitu dekat posisinya dengan kita, dalam keadaan tertentu mereka lebih berarti bila dibandingkan dengan kerabat karena keberadaan kerabat tidak selalu, secara geografis, dekat dengan kita. Tetanggalah yang dalam batas tertentu kita berikan kepercayaan untuk mengurus dan mengawasi harta dan keluarga ketika kita sedang bepergian jauh dan cukup lama.
Dalam Alquran dijelaskan bahwa perintah berbuat baik kepada tetangga disebutkan setelah perintah untuk tidak menyekutukan Allah dan perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua. Firman Allah, artinya), ''Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
Berbuat baiklah kepada dua orang, ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya.
Sejalan dengan pentingnya hubungan bertetangga, maka barang siapa melalaikan hak-hak bertetangga berarti telah melakukan sebuah dosa besar yang terancam siksa neraka. Rasulullah SAW pun sangat menekankan hubungan baik kepada tetangga.
Menolong, bergaul dengan baik, tidak menyakiti, dan memberi pembelaan, merupakan bentuk perbuatan baik kepada tetangga, di samping juga kita perlu memuliakan mereka. Salah satunya dengan memberi hadiah, meskipun kecil nilainya. Gotong royong bukankah ini budaya kita, ataukah tinggal slogan belaka ?
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia mengatakan hanya hal yang baik atau diam. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia menghormati tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia menghormati tamunya" (H.R. Muslim).
Namun, kadang kita melalaikannya dan justru membanggakan aturan yang bersumber dari akal sempit dan dituntun oleh hawa nafsu jahat, sehingga timbullah ketimpangan. Wallahu A'lam.
0 komentar:
Posting Komentar