Dusta dan Curang
Suatu ketika Rasulullah SAW berjalan di sebuah pasar hingga beliau melewati seonggok gandum yang hendak dijual. Rasul kemudian memasukkan tangannya ke dalam gandum itu. Saat itulah jari-jarinya menyentuh sesuatu yang basah.
"Apa ini wahai pemilik gandum," tanya Rasulullah kepada si penjual gandum.
"Ya Rasulullah gandum ini basah karena terjena hujan," jawab si pedagang.
Kemudian Rasulullah bertanya kembali, "Kenapa engkau tidak menampakkan yang basah itu agar orang-orang bisa melihatnya".
Kemudian beliau mengatakan, "Barangsiapa yang menipu (berlaku curang), maka sesungguhnya dia bukanlah pengikut kami".
Dari hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah di atas, kita bisa melihat bahwa berbuat curang termasuk ke dalam perbuatan dusta (al-kadzib). Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah dalam hadis lainnya :
"Biasakanlah berkata benar, karena benar itu menuntun kepada kebaikan dan kebaikan itu menuntun ke syurga. Hendaknya seseorang itu selalu berkata benar dan berusaha agar selalu tetap benar, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang siddiq (amat benar). Dan berhati-hatilah dari dusta, karena dusta akan menuntun kita berbuat curang, dan kecurangan itu menuntun ke neraka. Seseorang yang selalu berlaku curang akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta". (HR. Bukhari Muslim dari Ibnu Mas'ud).
Berdusta dan berlaku curang adalah perbuatan yang sangat tercela dalam pandangan Islam. Siapa saja yang melakukannya akan mendapatkan madharat yang besar di dunia maupun akhirat.
Allah SWT berfirman : "Kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa" (QS. 45: 7).
Dalam ayat lain disebutkan pula, "Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta". (QS. 51: 10).
Karena itu, Rasulullah SAW mengingatkan kita agar menjauhi perbuatan yang satu ini :
"Jauhi oleh kalian perbuatan dusta, karena dusta akan membawa kepada dosa, dan dosa membawamu ke neraka. Biasakanlah berkata jujur, karena jujur akan membawamu pada kebaikan dan syurga".
Kenyataan ini tentunya harus selalu menjadi renungan kita selalu, karena kecurangan, dusta, penipuan, maksiat, dan hal-hal yang sejenis dengan itu, kini telah menjadi sesuatu yang wajar dalam kehidupan masyarakat kita.
Berlaku curang dan dusta tidak lagi monopoli orang pasar, dalam bentuk pengurangan timbangan, menimbun, membagus-baguskan barang yang kualitasnya jelek, tapi telah menyentuh pula bidang hukum, politik, hiburan, bahkan pendidikan.
Dalam dunia politik misalnya, betapa fitnah, politik uang, sogok menyogok, pemalsuan ijasah, hingga perbuatan klenik, telah menjadi sesuatu yang biasa. Mereka berprinsip, "yang penting tujuan tercapai walau harus menjatuhkan orang lain".
Padahal Allah SWT jauh-jauh hari telah mengingatkan kita tentang hal tersebut, Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang Mukmin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. Al-Ahzab: 58).
Penyakit dusta dan curang yang tidak segera disembuhkan, lambat laun akan mendatangkan akibat yang luar biasa bagi masyarakat.
Pertama, hilangnya rasa saling percaya di masyarakat. Pembeli tidak akan percaya lagi pada penjual, rakyat tidak percaya lagi pada penguasa, murid tidak percaya lagi pada guru, dan ketidakpercayaan lainnya.
Bila hal ini terjadi, maka akibat kedua akan segera muncul, yaitu putusnya tali persaudaraan dan hilangnya rasa kasih sayang antar sesama. Tanpa persaudaraan dan kasih sayang, yang muncul hanyalah kebinasaan, egoisme, dan sifat ingin menang sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar